
Sebelum aku masuk pondok, aku pernah berpikir, “Kukira hidup di pondok itu susah, menyeramkan, nggak enak. Nanti pasti bingung cari teman, nggak punya teman, dan banyak kekhawatiran lain yang membuatku tidak suka berada di pondok.”
Namaku Aisyah Zalfa Qorira. Aku dimasukkan ke pondok karena orang tuaku ingin aku bisa mengaji dan mendoakan mereka setiap waktu. Mereka juga berharap aku bisa memahami agama, agar kelak ketika mereka sudah tiada, aku mampu menjadi anak yang tahu ilmu agama—baik dalam bidang fikih, tauhid, maupun tasawuf—agar tidak salah dalam memahami ajaran Islam.
Suatu hari aku bertanya-tanya pada diriku sendiri, “Kok bisa ya orang-orang itu betah di pondok? Padahal kan jauh dari orang tua, uang juga harus diatur sendiri, dan semuanya serba mandiri.” Itulah isi hatiku saat itu.
Ini bukan kali pertamaku berpikir seperti itu. Aku selalu heran, kenapa orang yang hidup di pondok bisa betah bertahun-tahun. Padahal, menurutku dulu, hidup di pondok itu susah. Kalau lapar dan belum waktunya makan, ya harus bersabar dulu. Baju pun dicuci sendiri.
Hari demi hari pun kulalui, hingga akhirnya aku mulai mengerti—ternyata orang yang betah di pondok bukan karena tidak punya pilihan, tapi karena di pondok bukan hanya ada kesedihan, melainkan juga kebahagiaan dan kebersamaan yang mendalam.
Begitu indahnya hidup di pondok, sampai-sampai aku sering merasa tidak ingin pulang. Aku jadi lebih banyak tahu ilmu agama, dan rasanya kebersamaan di pondok sangat menyenangkan.
Ternyata, mondok itu tidak seburuk yang dulu aku pikirkan. Justru lebih banyak enaknya daripada tidaknya. Kadang, ketika aku tidak punya uang, teman-temanku dengan senang hati meminjamkan. Padahal dulu aku takut kalau kekurangan uang karena belum mengenal mereka.
Dulu aku juga mengira para kakak senior itu “jahat.” Tapi ternyata tidak. Mereka bukan jahat, hanya tegas karena kami melanggar peraturan. Mereka juga manusia, wajar kalau kadang marah.
Sekarang aku merasa sangat puas tinggal di pondok. Bahkan aku sering berpikir, “Setelah dari sini, aku mau mondok di mana lagi, ya?” Karena ternyata, nikmatnya mondok itu luar biasa.
Bagi yang belum pernah mondok, ayo rasakan sendiri betapa indah dan nikmatnya hidup di pondok pesantren!



