
suasana di Pondok Pesantren Tebuireng 3 terasa berbeda dari biasanya. Udara yang biasanya sepi dan penuh lantunan ayat-ayat suci, kini terdengar riuh oleh suara tawa dan percakapan hangat. Hari itu adalah hari penjengukan santri — hari yang selalu dinanti oleh para santri yang jauh dari keluarga.
Di sudut asrama putra, tampak Ahmad, seorang santri kelas dua madrasah aliyah, sedang sibuk membersihkan kamarnya. Ia merapikan lipatan sarung, menata kitab di rak, dan menyapu lantai dengan semangat yang jarang terlihat di hari-hari biasa. “Hari ini Ummi dan Abi datang,” katanya sambil tersenyum bahagia kepada teman sekamarnya.
Ketika waktu menunjukkan pukul sembilan pagi, halaman pondok sudah ramai oleh para wali santri. Ada yang membawa makanan kesukaan anaknya, ada pula yang datang sambil menenteng bingkisan kecil berisi buah dan pakaian baru. Suasana penuh haru dan bahagia menyelimuti pondok hari itu.
Ahmad segera berlari ke gerbang pondok ketika melihat sosok ibunya dari kejauhan. “Ummi!” serunya sambil tersenyum lebar. Sang ibu memeluknya erat, menahan air mata rindu yang akhirnya tumpah juga. “Anakku sudah tambah dewasa,” ujar ibunya lembut. Sementara ayah Ahmad menepuk pundaknya dengan bangga, “Teruslah belajar dengan sungguh-sungguh, Nak. Kami selalu doakan.”
Mereka duduk di bawah pohon rindang sambil menikmati nasi bungkus dan kue kesukaan Ahmad. Sesekali ibunya bertanya tentang kegiatan di pondok, tentang hafalan, dan pelajaran yang sedang dipelajari. Ahmad pun bercerita panjang lebar, penuh semangat dan rasa bangga menjadi bagian dari keluarga besar pesantren.
Setelah waktu kunjungan hampir selesai, suasana mulai berubah haru. Satu per satu wali santri berpamitan. Ahmad kembali memeluk ibunya dengan erat. “Doakan Ahmad kuat dan rajin belajar ya, Ummi.” Ibunya tersenyum sambil mengusap kepala putranya, “InsyaAllah, Nak. Tetap jaga salat, jaga hafalan, dan jaga akhlak.”
Ketika para wali santri sudah pergi, para santri kembali ke kegiatan masing-masing dengan semangat baru. Ahmad tersenyum kecil sambil menatap jauh ke gerbang yang mulai sepi. Meski rindu belum sepenuhnya hilang, hatinya kini penuh dengan kekuatan dan doa dari orang tua.
Hari penjengukan itu bukan sekadar momen bertemu keluarga, tetapi juga menjadi pengingat betapa besar cinta dan harapan yang dibawa dari rumah untuk terus berjuang menuntut ilmu dan menjaga amanah di pondok.



